News Update :

Tanjung Priok, Mbah Priok dan Karomah

Selasa, 04 September 2012

Tanjung Priok, Mbah Priok dan Karomah



sumber : tribunjabarcoid

Mbah Priok atau pemilik nama asli Al Imam Al’ Arif Billah Sayyida Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad RA dikeramatkan banyak orang. Bukan saja rakyat jelata yang sering berziarah kubur ke makamnya, tetapi juga petinggi negara. Bahkan dua presiden Indonesia, yakni Soeharto dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah ziarah kubur ke makam Al Hadad.

“Ada juga pejabat-pejabat lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,” ungkap Habib Salim Al Hadar, kerabat Mbah Priok, saat ditemui Persda Network di kawasan Makam Mbah Priok, di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (15/4).
Salim menuturkan kegiatan ziarah jangan dianggap syirik atau menyekutukan Tuhan. Para peziarah hanya memohonkan pengantaraan sosok Mbah Priok agar doa yang dipanjatkannya lebih mudah terkabul Tuhan. Pasalnya Al Imam Al Arif dianggap sebagai salah satu wali Allah.
“Tapi apa isi doa yang dipanjatkan, saya tidak tahu. Yang jelas mereka datang ke sini hanya untuk berziarah dan berdoa,” katanya. Salim mengatakan saat ini dalam kawasan makam Mbah Priok ada 11 makam yang terdiri atas makam Mbah Priok dan kerabat yang turun-temurun menjadi pengurus makam tersebut.
Berdasarkan Risalah Manaqib Maqom Kramat Situs Sejarah Tanjuk Priok , salah seorang pembantu Habib Ali Idrus, ahli waris Mbah Priok, awalnya makam Mbah Priok bukan berada di lokasi sekarang. Tempat ini adalah lokasi kedua. Pemerintah Hindia Belanda lah yang memindahkan makam Mbah Priok ke lokasi situs sejarah yang berjarak puluhan meter dari Pintu Masuk Terminal Petikemas Koja, Jakarta Utara.
Konon, pemindahan makam Mbah Priok, dari Jalan Dobo, Tanjung Priok, dilakukan karena pemerintah Belanda mengalami suatu musibah. Saat itu, abad XVII, ada kejadian yang menimpa ratusan pekerja dan opsir Belanda yang sedang membangun pelabuhan di kawasan Tanjung Priok. Bahkan pembangunan terpaksa dihentikan karena banyak opsir Belanda meninggal dunia.
Saat ditelusuri secara spiritual, Pemerintah Belanda saat itu sangat terkejut menjumpai sesosok orang berjubah putih duduk dan memegang tasbih. Sosok ini tidak lain adalah Mbah Priok yang meninggal dunia akibat kelelahan setelah perahu yang ditumpanginya terbalik diterjang badai.
Mbah Priok tidak sudi, ‘rumahnya’ diinjak-injak penjajah, sehingga arwahnya mengganggu para pekerja pembangunan pelabuhan. Sedangkan pihak pemerintha Hindia Belanda tetap ingin melanjutkan pembangunan, sehingga kemudian mengupayakan pemindahan makam Mbah Priok. Pemerintah Hindia Belanda menggunakan jasa adiknya, Al Arif Billah Al Habib Zein bin Muhammad Al Haddad RA untuk memindahkan makam Al Hadad. Pembangunan pelabuhan kembali berjalan lancar setelah makam Mbah Priok dipindahkan ke lokasi sekarang ini.
Keanehan yang ditemukan Pemerintah Belanda waktu itu, bukan yang pertama kali. Saat terkatung-katung di laut dan akhirnya meninggal dunia, Mbah Priok berhasil ke darat dengan dibantu dorongan ombak serta dorongan ikan lumba-lumba.
Bahkan saat ia dimakamkan, sebatang dayung, dan priuk atau priok milik Mbah Priok, kelak menjadi asal-usul penamaan kawasan Tanjung Priok. Kata Tanjung diambil dari pohon yang tumbuh di pusara makam, sedangkan Priok adalah priuk milik Mbah Priok yang menurut cerita bahwa tiga atau empat tahun sekali bakal timbul di laut dengan ukuran sebesar rumah.
Belakangan, setiap kali akan dilakukan pembongkaran, makam Mbah Priok hampir selalu mengeluarkan tanda berupa sinar merah atau bola api yang sangat besar di atas pusaranya pada malam hari. Kejadian ini seakan menjadi pertanda kejadian buruk yang menimpa Indonesia. Contohnya, kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang kini dimaknai sebagai awal reformasi.
Sinar merah atau bola api itu pun sempat terpantau satelit yang kemudian disusul utusan PBB dari berbagai negara seperti Amerika, Jerman, Uni Soviet, Australia, dan negara-negara lain. Kejadian ini muncul pada 14 Maret 2000. Menurut perwakilan PBB yang datang ke makam Mbah Priok, sinar merah itu dikira senjata laser.
Pertanda buruk muncul kembali bertepatan dengan haul Mbah Priok, 27 April 2003. Bedanya, kemunculan sinar merah tidak langsung disusul tragedi dalam waktu singkat. Tragedi baru muncul tahun berikutnya secara beruntun. Selain bencana gempa dan tsunami Aceh, puluhan orang yang hendak membongkar makam Mbah Priok juga meninggal secara misterius.
Bagaimana dengan bentrokan berdarah yang menewaskan tiga orang, Rabu lalu, apakah ada sinar merah? “Mungkin juga sinar merah itu muncul sebelum aksi bentrok kemarin. Tapi kita tidak ada yang melihat apakah sinar itu muncul atau tidak,” ujar Habib Salim menyinggung kejadian berdarah di kawasan Makam Mbah Priok.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Belajar Ngaji Online™ 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo | Powered by Getsolat International since 2009.